Astronomi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Astronomi ialah cabang 
ilmu alam yang melibatkan pengamatan 
benda-benda langit (seperti halnya 
bintang, 
planet, 
komet, 
nebula, 
gugus bintang, atau 
galaksi) serta 
fenomena-fenomena alam yang terjadi di luar 
atmosfer Bumi (misalnya 
radiasi latar belakang kosmik (radiasi CMB)). Ilmu ini secara pokok mempelajari pelbagai sisi dari benda-benda langit — seperti asal-usul, sifat 
fisika/
kimia, 
meteorologi, dan 
gerak — dan bagaimana pengetahuan akan benda-benda tersebut menjelaskan 
pembentukan dan perkembangan alam semesta.
Astronomi sebagai ilmu adalah salah satu yang tertua, sebagaimana 
diketahui dari artifak-artifak astronomis yang berasal dari era 
prasejarah; misalnya monumen-monumen dari 
Mesir dan 
Nubia, atau 
Stonehenge yang berasal dari 
Britania. Orang-orang dari peradaban-peradaban awal semacam 
Babilonia, 
Yunani, 
Cina, 
India, dan 
Maya juga didapati telah melakukan pengamatan yang metodologis atas 
langit malam.
 Akan tetapi meskipun memiliki sejarah yang panjang, astronomi baru 
dapat berkembang menjadi cabang ilmu pengetahuan modern melalui penemuan
 
teleskop.
Cukup banyak cabang-cabang ilmu yang pernah turut disertakan sebagai 
bagian dari astronomi, dan apabila diperhatikan, sifat cabang-cabang ini
 sangat beragam: dari 
astrometri, 
pelayaran berbasis angkasa, astronomi observasional, sampai dengan penyusunan 
kalender dan 
astrologi. Meski demikian, dewasa ini astronomi profesional dianggap identik dengan 
astrofisika.
Pada abad ke-20, astronomi profesional terbagi menjadi dua cabang: 
astronomi observasional dan 
astronomi teoretis.
 Yang pertama melibatkan pengumpulan data dari pengamatan atas 
benda-benda langit, yang kemudian akan dianalisis menggunakan 
prinsip-prinsip dasar fisika. Yang kedua terpusat pada upaya 
pengembangan model-model komputer/analitis guna menjelaskan sifat-sifat 
benda-benda langit serta fenomena-fenomena alam lainnya. Adapun kedua 
cabang ini bersifat komplementer — astronomi teoretis berusaha untuk 
menerangkan hasil-hasil pengamatan astronomi observasional, dan 
astronomi observasional kemudian akan mencoba untuk membuktikan 
kesimpulan yang dibuat oleh astronomi teoretis.
Astronom-astronom amatir
 telah dan terus berperan penting dalam banyak penemuan-penemuan 
astronomis, menjadikan astronomi salah satu dari hanya sedikit ilmu 
pengetahuan di mana tenaga amatir masih memegang peran aktif, terutama 
pada penemuan dan pengamatan fenomena-fenomena sementara.
Astronomi harus dibedakan dari astrologi, yang merupakan kepercayaan 
bahwa nasib dan urusan manusia berhubungan dengan letak benda-benda 
langit seperti bintang atau rasinya. Memang betul bahwa dua bidang ini 
memiliki asal-usul yang sama, namun pada saat ini keduanya sangat 
berbeda.
[1]
 Leksikologi
Kata 
astronomi berasal dari 
bahasa Yunani, yaitu kata 
astron (ἄστρον, "bintang") yang kemudian diberi akhiran 
-nomi dari 
nomos (νόμος, "hukum" atau "budaya"). Maka secara harafiah ia bermakna "hukum/budaya bintang-bintang".
 Penggunaan istilah "astronomi" dan "astrofisika"
Secara umum baik "astronomi" maupun "astrofisika" boleh digunakan untuk menyebut ilmu yang sama.
[2][3][4]
 Apabila hendak merujuk ke definisi-definisi kamus yang baku, 
"astronomi" bermakna "penelitian benda-benda langit dan materi di luar 
atmosfer Bumi serta sifat-sifat fisika dan kimia benda-benda dan materi 
tersebut"
[5]
 sedang "astrofisika" adalah cabang dari astronomi yang berurusan dengan
 "tingkah laku, sifat-sifat fisika, serta proses-proses dinamis dari 
benda-benda dan fenomena-fenomena langit".
[6]
Dalam kasus-kasus tertentu, misalnya pada pembukaan buku 
The Physical Universe oleh 
Frank Shu,
 "astronomi" boleh dipergunakan untuk sisi kualitatif dari ilmu ini, 
sedang "astrofisika" untuk sisi lainnya yang lebih berorientasi fisika.
[7]
 Namun demikian, penelitian-penelitian astronomi modern kebanyakan 
berurusan dengan topik-topik yang berkenaan dengan fisika, sehingga bisa
 saja kita mengatakan bahwa astronomi modern adalah astrofisika.
[2]
 Banyak badan-badan penelitian yang, dalam memutuskan menggunakan 
istilah yang mana, hanya bergantung dari apakah secara sejarah mereka 
berafiliasi dengan departemen-departemen fisika atau tidak.
[3] Astronom-astronom profesional sendiri banyak yang memiliki gelar di bidang fisika.
[4] Untuk ilustrasi lebih lanjut, salah satu jurnal ilmiah terkemuka pada cabang ilmu ini bernama 
Astronomy and Astrophysics (Astronomi dan Astrofisika).
 Sejarah
Pada awalnya, astronomi hanya melibatkan pengamatan beserta prediksi 
atas gerak-gerik benda-benda langit yang terlihat dengan mata telanjang.
 Pada beberapa situs seperti Stonehenge, peradaban-peradaban awal juga 
menyusun artifak-artifak yang diduga memiliki kegunaan astronomis. 
Observatorium-observatorium
 purba ini jamaknya bertujuan seremonial, namun dapat juga dimanfaatkan 
untuk menentukan musim, cuaca, dan iklim — sesuatu yang wajib diketahui 
apabila ingin bercocok tanam — atau memahami panjang tahun.
[8]
Sebelum ditemukannya peralatan seperti teleskop, penelitian harus 
dilakukan dari atas bangunan-bangunan atau dataran yang tinggi, semua 
dengan mata telanjang. Seiring dengan berkembangnya peradaban, terutama 
di Mesopotamia, Cina, Mesir, Yunani, India, dan Amerika Tengah, 
orang-orang mulai membangun observatorium dan gagasan-gagasan mengenai 
sifat-sifat semesta mulai ramai diperiksa. Umumnya, astronomi awal 
disibukkan dengan pemetaan letak-letak bintang dan planet (sekarang 
disebut 
astrometri),
 kegiatan yang akhirnya melahirkan teori-teori tentang pergerakan 
benda-benda langit dan pemikiran-pemikiran filosofis untuk menjelaskan 
asal-usul 
Matahari, 
Bulan,
 dan Bumi. Bumi kemudian dianggap sebagai pusat jagat raya, sedang 
Matahari, Bulan, dan bintang-bintang berputar mengelilinginya; model 
semacam ini dikenal sebagai model geosentris, atau 
sistem Ptolemaik (dari nama astronom 
Romawi-
Mesir Ptolemeus).
[9]
Dimulainya astronomi yang berdasarkan perhitungan matematis dan ilmiah dulu dipelopori oleh orang-orang Babilonia.
[10] Mereka menemukan bahwa 
gerhana bulan memiliki sebuah siklus yang teratur, disebut siklus 
saros.
[11]
 Mengikuti jejak astronom-astronom Babilonia, kemajuan demi kemajuan 
kemudian berhasil dicapai oleh komunitas astronomi Yunani Kuno dan 
negeri-negeri sekitarnya. Astronomi Yunani sedari awal memang bertujuan 
untuk menemukan penjelasan yang rasional dan berbasis fisika untuk 
fenomena-fenomena angkasa.
[12] Pada abad ke-3 SM, 
Aristarkhos dari Samos melakukan perhitungan atas ukuran Bumi serta jarak antara Bumi dan Bulan, dan kemudian mengajukan model Tata Surya yang 
heliosentris — pertama kalinya dalam sejarah. Pada abad ke-2 SM, 
Hipparkhos berhasil menemukan gerak 
presesi,
 juga menghitung ukuran Bulan dan Matahari serta jarak antara keduanya, 
sekaligus membuat alat-alat penelitian astronomi paling awal seperti 
astrolab.
[13]
 Mayoritas penyusunan rasi bintang di belahan utara sekarang masih 
didasarkan atas susunan yang diformulasikan olehnya melalui katalog yang
 waktu itu mencakup 1.020 bintang.
[14] Mekanisme Antikythera yang terkenal (
ca. 150-80 SM) juga berasal dari periode yang sama: 
komputer analog
 yang digunakan untuk menghitung letak Matahari/Bulan/planet-planet pada
 tanggal tertentu ini merupakan barang paling kompleks dalam sejarah 
sampai abad ke-14, ketika 
jam-jam astronomi mulai bermunculan di Eropa.
[15]
Di Eropa sendiri selama 
Abad Pertengahan astronomi sempat mengalami kebuntuan dan stagnansi. Sebaliknya, perkembangan pesat terjadi di 
dunia Islam
 dan beberapa peradaban lainnya, ditandai dengan dibangunnya 
observatorium-observatorium di belahan dunia sana pada awal abad ke-9.
[16][17][18] Pada tahun 964, astronom Persia 
Al-Sufi menemukan 
Galaksi Andromeda (
galaksi terbesar di 
Grup Lokal) dan mencatatnya dalam 
Book of Fixed Stars (
Kitab Suwar al-Kawakib).
[19] Supernova SN 1006, ledakan bintang 
paling terang dalam catatan sejarah, berhasil diamati oleh astronom Mesir 
Ali bin Ridwan
 dan sekumpulan astronom Cina yang terpisah pada tahun yang sama (1006 
M). Astronom-astronom besar dari era Islam ini kebanyakan berasal dari 
Persia dan 
Arab, termasuk 
Al-Battani, 
Tsabit bin Qurrah, Al-Sufi, 
Ibnu Balkhi, 
Al-Biruni, 
Al-Zarqali, 
Al-Birjandi, serta astronom-astronom dari observatorium-observatorium di 
Maragha dan 
Samarkand. Melalui era inilah nama-nama bintang yang berdasarkan bahasa Arab diperkenalkan.
[20][21] Reruntuhan-reruntuhan di 
Zimbabwe Raya dan 
Timbuktu[22] juga kemungkinan sempat memiliki bangunan-bangunan observatorium
[23] — melemahkan keyakinan sebelumnya bahwa tidak ada pengamatan astronomis di daerah 
sub-Sahara sebelum era kolonial.
[24][25][26][27]
 Revolusi ilmiah
Sketsa 
Bulan oleh 
Galileo. Melalui pengamatan, diketahui bahwa permukaan Bulan berbukit-bukit.
 
 
 
Pada 
Zaman Renaisans, 
Copernicus menyusun model 
Tata Surya heliosentris, model yang kemudian dibela dari kontroversi, dikembangkan, dan dikoreksi oleh 
Galileo dan 
Kepler.
 Galileo berinovasi dengan teleskop guna mempertajam pengamatan 
astronomis, sedang Kepler berhasil menjadi ilmuwan pertama yang menyusun
 secara tepat dan mendetail pergerakan planet-planet dengan Matahari 
sebagai pusatnya.
[28] Meski demikian, ia gagal memformulasikan teori untuk menjelaskan hukum-hukum yang ia tuliskan, sampai akhirnya 
Newton (yang juga menemukan 
teleskop refleksi untuk pengamatan langit) menjelaskannya melalui 
dinamika angkasa dan hukum 
gravitasi.
[29][28]
Seiring dengan semakin baiknya ukuran dan kualitas teleskop, semakin 
banyak pula penemuan-penemuan lebih lanjut yang terjadi. Melalui 
teknologi ini 
Lacaille berhasil mengembangkan katalog-katalog bintang yang lebih lengkap; usaha serupa juga dilakukan oleh astronom 
Jerman-
Inggris Herschel dengan memproduksi katalog-katalog nebula dan gugusan. Pada tahun 1781 ia menemukan planet 
Uranus, planet pertama yang ditemui di luar planet-planet klasik.
[30] Pengukuran jarak menuju sebuah bintang pertama kali dipublikasikan pada 1838 oleh 
Bessel, yang pada saat itu melakukannya melalui pengukuran 
paralaks dari 
61 Cygni.
[31]
Abad ke-18 sampai abad ke-19 pertama diwarnai oleh penelitian atas 
masalah tiga-badan oleh 
Euler, 
Clairaut, dan 
D'Alembert;
 penelitian yang menghasilkan metode prediksi yang lebih tepat untuk 
pergerakan Bulan dan planet-planet. Pekerjaan ini dipertajam oleh 
Lagrange dan 
Laplace, sehingga memungkinkan ilmuwan untuk memperkirakan massa planet dan satelit lewat perturbasi/usikannya.
[32] Penemuan 
spektroskop dan 
fotografi kemudian mendorong kemajuan penelitian lagi: pada 1814-1815, 
Fraunhoffer menemukan lebih kurang 600 pita spektrum pada Matahari, dan pada 1859 
Kirchhoff
 akhirnya bisa menjelaskan fenomena ini dengan mengatribusikannya pada 
keberadaan unsur-unsur. Pada masa ini bintang-bintang dikonfirmasikan 
sebagai Matahari-matahari lain yang lebih jauh letaknya, namun dengan 
perbedaan-perbedaan pada 
suhu, 
massa, dan ukuran.
[20]
Baru pada abad ke-20 Galaksi 
Bima Sakti (di mana 
Bumi dan 
Matahari
 berada) bisa dibuktikan sebagai kelompok bintang yang terpisah dari 
kelompok-kelompok bintang lainnya. Dari pengamatan-pengamatan yang sama 
disimpulkan pula bahwa ada galaksi-galaksi lain di luar Bima Sakti dan 
bahwa 
alam semesta terus mengembang, sebab galaksi-galaksi tersebut terus menjauh dari galaksi kita.
[33] Astronomi modern juga menemukan dan berusaha menjelaskan benda-benda langit yang asing seperti 
kuasar, 
pulsar, 
blazar, 
galaksi-galaksi radio, 
lubang hitam, dan 
bintang neutron. 
Kosmologi fisik maju dengan pesat sepanjang abad ini: model 
Dentuman Besar (
Big Bang) misalnya, telah didukung oleh bukti-bukti astronomis dan fisika yang kuat (antara lain 
radiasi CMB, 
hukum Hubble, dan 
ketersediaan kosmologis unsur-unsur).
 Astronomi observasional
Seperti diketahui, astronomi memerlukan informasi tentang 
benda-benda langit, dan sumber informasi yang paling utama sejauh ini adalah 
radiasi elektromagnetik, atau lebih spesifiknya, 
cahaya tampak.
[34] Astronomi observasional bisa dibagi lagi menurut daerah-daerah 
spektrum elektromagnetik yang diamati: sebagian dari spektrum tersebut bisa diteliti melalui permukaan 
Bumi,
 sementara bagian lain hanya bisa dijangkau dari ketinggian tertentu 
atau bahkan hanya dari ruang angkasa. Keterangan lebih lengkap tentang 
pembagian-pembagian ini bisa dilihat di bawah:
 Astronomi radio
Astronomi observasional jenis ini mengamati radiasi dengan 
panjang gelombang yang lebih dari satu milimeter (perkiraan).
[35]
 Berbeda dengan jenis-jenis lainnya, astronomi observasional tipe radio 
mengamati gelombang-gelombang yang bisa diperlakukan selayaknya 
gelombang, bukan 
foton-foton yang diskrit. Dengan demikian pengukuran 
fase dan 
amplitudonya relatif lebih gampang apabila dibandingkan dengan gelombang yang lebih pendek.
[35]
Gelombang radio bisa dihasilkan oleh benda-benda astronomis melalui 
pancaran termal, namun sebagian besar pancaran radio yang diamati dari Bumi adalah berupa 
radiasi sinkrotron, yang diproduksi ketika 
elektron-elektron berkisar di sekeliling 
medan magnet.
[35] Sejumlah 
garis spektrum yang dihasilkan dari 
gas antarbintang (misalnya garis spektrum 
hidrogen pada 21 cm) juga dapat diamati pada panjang gelombang radio.
[7][35]
Beberapa contoh benda-benda yang bisa diamati oleh astronomi radio: 
supernova, gas antarbintang, 
pulsar, dan 
inti galaksi aktif (AGN - 
active galactive nucleus).
[7][35]
 Astronomi inframerah
Astronomi inframerah melibatkan pendeteksian beserta analisis atas radiasi 
inframerah
 (radiasi di mana panjang gelombangnya melebihi cahaya merah). Sebagian 
besar radiasi jenis ini diserap oleh atmosfer Bumi, kecuali yang panjang
 gelombangnya tidak berbeda terlampau jauh dengan cahaya merah yang 
tampak. Oleh sebab itu, observatorium yang hendak mengamati radiasi 
inframerah harus dibangun di tempat-tempat yang tinggi dan tidak lembap,
 atau malah di ruang angkasa.
Spektrum ini bermanfaat untuk mengamati benda-benda yang terlalu 
dingin untuk memancarkan cahaya tampak, misalnya planet-planet atau 
cakram-cakram pengitar bintang.
 Apabila radiasinya memiliki gelombang yang cenderung lebih panjang, ia 
dapat pula membantu para astronom mengamati bintang-bintang muda pada 
awan-awan molekul dan inti-inti galaksi — sebab radiasi seperti itu mampu menembus debu-debu yang menutupi dan mengaburkan pengamatan astronomis.
[36]
 Astronomi inframerah juga bisa dimanfaatkan untuk mempelajari struktur 
kimia benda-benda angkasa, karena beberapa molekul memiliki pancaran 
yang kuat pada panjang gelombang ini. Salah satu kegunaannya yaitu 
mendeteksi keberadaan air pada komet-komet.
[37]
 Astronomi optikal
Dikenal juga sebagai astronomi cahaya tampak, astronomi optikal 
mengamati radiasi elektromagnetik yang tampak oleh mata telanjang 
manusia. Oleh sebab itu, ini merupakan cabang yang paling tua, karena 
tidak memerlukan peralatan.
[38]
 Mulai dari penghujung abad ke-19 sampai kira-kira seabad setelahnya, 
citra-citra astronomi optikal memakai teknik fotografis, namun sebelum 
itu mereka harus digambar menggunakan tangan. Dewasa ini 
detektor-detektor digitallah yang dipergunakan, terutama yang memakai 
CCD (
charge-coupled devices, peranti tergandeng-muatan).
Cahaya tampak sebagaimana diketahui memiliki panjang dari 4.000 
Å sampai 7.000 Å (400-700 
nm).
[38]
 Namun demikian, alat-alat pengamatan yang dipakai untuk mengamati 
panjang gelombang demikian dipakai pula untuk mengamati gelombang 
hampir-ultraungu dan 
hampir-inframerah.
 Astronomi ultraungu
Ultraungu yaitu radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang lebih kurang 100 sampai 3.200 Å (10-320 nm).
[35]
 Cahaya dengan panjang seperti ini diserap oleh atmosfer Bumi, sehingga 
untuk mengamatinya harus dilakukan dari lapisan atmosfer bagian atas, 
atau dari luar atmosfer (ruang angkasa). Astronomi jenis ini cocok untuk
 mempelajari radiasi termal dan garis-garis spektrum pancaran dari 
bintang-bintang biru yang bersuhu sangat tinggi (
klasifikasi OB),
 sebab bintang-bintang seperti itu sangat cemerlang radiasi ultraungunya
 — penelitian seperti ini sering dilakukan dan mencakup bintang-bintang 
yang berada di galaksi-galaksi lain. Selain bintang-bintang OB, 
benda-benda langit yang kerap diamati melalui astronomi cabang ini 
antara lain 
nebula-nebula planet, 
sisa-sisa supernova,
 atau inti-inti galaksi aktif. Diperlukan penyetelan yang berbeda untuk 
keperluan seperti demikian sebab cahayanya mudah tertelan oleh 
debu-debu antarbintang.
[35]
 Astronomi sinar-X
Benda-benda bisa memancarkan cahaya berpanjang gelombang 
sinar-X melalui 
pancaran sinkrotron (berasal dari elektron-elektron yang berkisar di sekeliling medan magnet) atau melalui pancaran termal 
gas pekat dan 
gas encer pada 10
7 K.
[35] Sinar-X juga diserap oleh 
atmosfer, sehingga pengamatan harus dilakukan dari atas balon, roket, atau satelit penelitian. Sumber-sumber sinar-X antara lain 
bintang biner sinar-X (
X-ray binary), pulsar, sisa-sisa supernova, 
galaksi elips, 
gugusan galaksi, serta inti galaksi aktif.
[35]
 Astronomi sinar-gamma
Astronomi sinar-gamma mempelajari benda-benda astronomi pada panjang gelombang paling pendek (
sinar-gamma). Sinar-gamma bisa diamati secara langsung melalui satelit-satelit seperti 
Observatorium Sinar-Gamma Compton (CGRO), atau dengan jenis teleskop khusus yang disebut 
teleskop Cherenkov (IACT).
[35]
 Teleskop jenis itu sebetulnya tidak mendeteksi sinar-gamma, tapi mampu 
mendeteksi percikan cahaya tampak yang dihasilkan dari proses penyerapan
 sinar-gamma oleh atmosfer.
[39]
Kebanyakan sumber sinar-gamma hanyalah berupa 
ledakan sinar-gamma,
 yang hanya menghasilkan sinar tersebut dalam hitungan milisekon sampai 
beberapa puluh detik saja. Sumber yang permanen dan tidak sementara 
hanya sekitar 10% dari total jumlah sumber, misalnya sinar-gamma dari 
pulsar, 
bintang neutron, atau inti galaksi aktif dan kandidat-kandidat 
lubang hitam.
[35]
 Cabang-cabang yang tidak berdasarkan panjang gelombang
Sejumlah fenomena jarak jauh lain yang berbentuk selain radiasi elektromagnetik dapat diamati dari Bumi. Ada cabang bernama 
astronomi neutrino, di mana para astronom menggunakan 
fasilitas-fasilitas bawah tanah (misalnya 
SAGE, 
GALLEX, atau 
Kamioka II/III) untuk mendeteksi 
neutrino, sebentuk 
partikel dasar yang jamaknya berasal dari 
Matahari atau ledakan-ledakan 
supernova.
[35] Ketika 
sinar-sinar kosmik
 memasuki atmosfer Bumi, partikel-partikel berenergi tinggi yang 
menyusunnya akan meluruh atau terserap, dan partikel-partikel hasil 
peluruhan ini bisa dideteksi di observatorium.
[40] Di masa yang akan datang, diharapkan akan ada 
detektor neutrino yang peka terhadap partikel-partikel yang lahir dari benturan sinar-sinar kosmik dan atmosfer.
[35]
Terdapat pula cabang baru yang menggunakan detektor-detektor 
gelombang gravitasional untuk mengumpulkan data tentang benda-benda 
rapat: 
astronomi gelombang gravitasional. Observatorium-observatorium untuk bidang ini sudah mulai dibangun, contohnya observatorium 
LIGO di 
Louisiana, 
AS. Tetapi astronomi seperti ini sulit, sebab 
gelombang gravitasional amat sukar untuk dideteksi.
[41]
Ahli-ahli astronomi planet juga banyak yang mengamati 
fenomena-fenomena angkasa secara langsung, yaitu melalui wahana-wahana 
antariksa serta misi-misi pengumpulan sampel. Beberapa hanya bekerja 
dengan sensor jarak jauh untuk mengumpulkan data, tapi beberapa lainnya 
melibatkan pendaratan —dengan kendaraan antariksa yang mampu 
bereksperimen di atas permukaan. Metode-metode lain misalnya detektor 
material terbenam atau melakukan eksperimen langsung terhadap sampel 
yang dibawa ke Bumi sebelumnya.
 Astrometri dan mekanika benda langit
Pengukuran letak benda-benda langit, seperti disebutkan, adalah salah
 satu cabang astronomi (dan bahkan sains) yang paling tua. 
Kegiatan-kegiatan seperti 
pelayaran atau penyusunan 
kalender
 memang sangat membutuhkan pengetahuan yang akurat mengenai letak 
Matahari, Bulan, planet-planet, serta bintang-bintang di langit.
Dari proses pengukuran seperti ini dihasilkan pemahaman yang baik sekali tentang 
usikan gravitasi
 dan pada akhirnya astronom-astronom dapat menentukan letak benda-benda 
langit dengan tepat pada masa lalu dan masa depan — cabang astronomi 
yang mendalami bidang ini dikenal sebagai 
mekanika benda langit. Dewasa ini penjejakan atas 
benda-benda yang dekat dengan Bumi juga memungkinkan prediksi-prediksi akan pertemuan dekat, atau bahkan benturan.
[42]
Kemudian terdapat pengukuran 
paralaks bintang. Pengukuran ini sangat penting karena memberi nilai basis dalam metode 
tangga jarak kosmik;
 melalui metode ini ukuran dan skala alam semesta bisa diketahui. 
Pengukuran paralaks bintang yang relatif lebih dekat juga bisa dipakai 
sebagai basis absolut untuk ciri-ciri bintang yang lebih jauh, sebab 
ciri-ciri di antara mereka dapat dibandingkan. 
Kinematika mereka lalu bisa kita susun lewat pengukuran 
kecepatan radial serta 
gerak diri masing-masing. Hasil-hasil astrometri dapat pula dimanfaatkan untuk pengukuran 
materi gelap di dalam galaksi.
[43]
Selama dekade 1990-an, teknik pengukuran 
goyangan bintang dalam astrometri digunakan untuk 
mendeteksi keberadaan 
planet-planet luar surya yang mengelilingi bintang-bintang di dekat Matahari kita.
[44]
 Astronomi teoretis
Terdapat banyak jenis-jenis metode dan peralatan yang bisa dimanfaatkan oleh seorang astronom teoretis, antara lain 
model-model analitik (misalnya 
politrop untuk memperkirakan perilaku sebuah 
bintang) dan 
simulasi-simulasi numerik komputasional;
 masing-masing dengan keunggulannya sendiri. Model-model analitik 
umumnya lebih baik apabila peneliti hendak mengetahui pokok-pokok 
persoalan dan mengamati apa yang terjadi secara garis besar; model-model
 numerik bisa mengungkap keberadaan fenomena-fenomena serta efek-efek 
yang tidak mudah terlihat.
[45][46]
Para teoris berupaya untuk membuat model-model teoretis dan 
menyimpulkan akibat-akibat yang dapat diamati dari model-model tersebut.
 Ini akan membantu para pengamat untuk mengetahui data apa yang harus 
dicari untuk membantah suatu model, atau memutuskan mana yang benar dari
 model-model alternatif yang bertentangan. Para teoris juga akan mencoba
 menyusun model baru atau memperbaiki model yang sudah ada apabila ada 
data-data baru yang masuk. Apabila terjadi pertentangan/inkonsistensi, 
kecenderungannya adalah untuk membuat modifikasi minimal pada model yang
 bersangkutan untuk mengakomodir data yang sudah didapat. Kalau 
pertentangannya terlalu banyak, modelnya bisa dibuang dan tidak 
digunakan lagi.
Topik-topik yang dipelajari oleh astronom-astronom teoretis antara lain: 
dinamika dan 
evolusi bintang-bintang; 
formasi galaksi; 
struktur skala besar materi di 
alam semesta; asal-usul 
sinar kosmik; 
relativitas umum; dan 
kosmologi fisik (termasuk 
kosmologi dawai dan 
fisika astropartikel).
 Relativitas astrofisika dipakai untuk mengukur ciri-ciri struktur skala
 besar, di mana ada peran yang besar dari gaya gravitasi; juga sebagai 
dasar dari fisika lubang hitam dan penelitian gelombang gravitasional.
Beberapa model/teori yang sudah diterima dan dipelajari luas yaitu teori 
Dentuman Besar, 
inflasi kosmik, 
materi gelap, dan teori-teori 
fisika fundamental. Kelompok model dan teori ini sudah diintegrasikan dalam 
model Lambda-CDM.
Beberapa contoh proses:
Wacana yang tengah hangat dalam astronomi pada beberapa tahun terakhir adalah 
materi gelap dan 
energi gelap — penemuan dan kontroversi mengenai topik-topik ini bermula dari penelitian atas galaksi-galaksi.
[47]
 Cabang-cabang spesifik
 Astronomi surya

Artikel utama untuk bagian ini adalah: 
Matahari 
Matahari adalah bintang yang terdekat dari Bumi pada sekitar 8 menit cahaya, dan yang paling sering diteliti; ia merupakan 
bintang katai pada 
deret utama dengan 
klasifikasi G2 V dan usia sekitar 4,6 milyar tahun. Walau tidak sampai tingkat 
bintang variabel, Matahari mengalami sedikit perubahan cahaya melalui aktivitas yang dikenal sebagai 
siklus bintik Matahari — fluktuasi pada angka 
bintik-bintik Matahari selama sebelas tahun. Bintik Matahari ialah daerah dengan suhu yang lebih rendah dan aktivitas magnetis yang hebat.
[48]
Luminositas
 Matahari terus bertambah kuat secara tetap sepanjang hidupnya, dan 
sejak pertama kali menjadi bintang deret utama sudah bertambah sebanyak 
40%. Matahari juga telah tercatat melakukan perubahan periodik dalam 
luminositas, sesuatu yang bisa menyebabkan akibat-akibat yang signifikan
 atas kehidupan di atas Bumi.
[49] Misalnya periode 
minimum Maunder, yang sampai menyebabkan fenomena 
zaman es kecil pada 
Abad Pertengahan.
[50]
Permukaan luar Matahari yang bisa kita lihat disebut 
fotosfer. Di atasnya ada lapisan tipis yang biasanya tidak terlihat karena terangnya fotosfer, yaitu 
kromosfer. Di atasnya lagi ada lapisan transisi di mana suhu bisa naik secara cepat, dan di atasnya terdapatlah 
korona yang sangat panas.
Di tengah-tengah Matahari ialah daerah inti; ada tingkat suhu dan tekanan yang cukup di sini sehingga 
fusi nuklir dapat terjadi. Di atasnya terdapat 
zona radiatif; di sini plasma akan menghantarkan panas melalui proses radiasi. Di atas 
zona radiatif
 adalah zona konvektif; materi gas di zona ini akan menghantarkan energi
 sebagian besar lewat pergerakan materi gas itu sendiri. Zona inilah 
yang dipercaya sebagai sumber aktivitas magnetis penghasil bintik-bintik
 Matahari.
[48]
Terdapat angin surya berupa partikel-partikel plasma yang bertiup 
keluar dari Matahari secara terus-menerus sampai mencapai titik 
heliopause. Angin ini bertemu dengan 
magnetosfer Bumi dan membentuk 
sabuk-sabuk radiasi Van Allen dan — di mana garis-garis medan magnet Bumi turun menujur atmosfer — menghasilkan 
aurora.
[51]
 Ilmu keplanetan
Cabang astronomi ini meneliti susunan 
planet, 
bulan, 
planet katai, 
komet, 
asteroid,
 serta benda-benda langit lain yang mengelilingi bintang, terutama 
Matahari, walau ilmu ini meliputi juga planet-planet luar surya. 
Tata Surya kita sendiri sudah dipelajari secara mendalam — pertama-tama melalui teleskop dan kemudian menggunakan 
wahana-wahana antariksa
 — sehingga pemahaman sekarang mengenai formasi dan evolusi sistem 
keplanetan ini sudah sangat baik, walaupun masih ada penemuan-penemuan 
baru yang terjadi.
[52]
Titik hitam di atas ialah sebuah 
setan debu (
dust devil) yang tengah memanjat suatu kawah di 
Mars. Ini serupa dengan 
tornado yang berpilin dan berpindah-pindah, menghasilkan "ekor" yang panjang dan gelap. Citra oleh 
NASA.
 
 
 
Tata Surya dibagi menjadi beberapa kelompok: planet-planet bagian dalam, 
sabuk asteroid, dan planet-planet bagian luar. Planet-planet bagian dalam adalah 
planet-planet bersifat kebumian yaitu 
Merkurius, 
Venus, 
Bumi dan 
Mars. Planet-planet bagian luar adalah 
raksasa-raksasa gas Tata Surya yaitu 
Yupiter, 
Saturnus, 
Uranus, dan 
Neptunus.
[53] Apabila kita pergi lebih jauh lagi, maka akan ditemukan 
benda-benda trans-Neptunus: pertama 
sabuk Kuiper dan akhirnya 
awan Oort yang bisa membentang sampai satu tahun cahaya.
Terbentuknya planet-planet bermula pada sebuah 
cakram protoplanet
 yang mengitari Matahari pada periode-periode awalnya. Dari cakram ini 
terwujudlah gumpalan-gumpalan materi melalui proses yang melibatkan 
tarikan gravitasi, benturan, dan akresi; gumpalan-gumpalan ini kemudian 
lama-kelamaan menjadi kumpulan protoplanet. Karena 
tekanan radiasi dari 
angin surya
 terus mendorong materi-materi yang belum menggumpal, hanya 
planet-planet yang massanya cukup besar yang mampu mempertahankan 
atmosfer berbentuk gas. Planet-planet muda ini terus menyapu dan 
memuntahkan materi-materi yang tersisa, menghasilkan sebuah periode 
penghancuran yang hebat. Sisa-sisa periode ini bisa dilihat melalui 
banyaknya 
kawah-kawah tabrakan
 di permukaan Bulan. Adapun dalam jangka waktu ini sebagian dari 
protoplanet-protoplanet yang ada mungkin bertabrakan satu sama lain; 
kemungkinan besar tabrakan seperti itulah yang melahirkan Bulan kita.
[54]
Ketika suatu planet mencapai massa tertentu, materi-materi dengan 
massa jenis yang berlainan mulai saling memisahkan diri dalam proses 
yang disebut 
diferensiasi planet.
 Proses demikian bisa menghasilkan inti yang berbatu-batu atau terdiri 
dari materi-materi logam, diliputi oleh lapisan mantel dan lalu 
permukaan luar. Inti planet ini bisa terbagi menjadi daerah-daerah yang 
padat dan cair, dan beberapa mampu menghasilkan 
medan magnet mereka sendiri, sehingga planet dapat terlindungi dari angin surya.
[55]
Panas di bagian dalam sebuah planet atau bulan datang dari benturan 
yang dihasilkan sendiri oleh planet/bulan tersebut, atau oleh 
materi-materi radioaktif (misalnya 
uranium, 
torium, atau 
26Al), atau 
pemanasan pasang surut. Beberapa planet dan bulan berhasil mengumpulkan cukup panas untuk menjalankan proses-proses geologis seperti 
vulkanisme dan aktivitas-aktivitas tektonik. Apabila planet/bulan tersebut juga memiliki 
atmosfer, maka 
erosi
 pada permukaan (melalui angin atau air) juga dapat terjadi. 
Planet/bulan yang lebih kecil dan tanpa pemanasan pasang surut akan 
menjadi dingin lebih cepat dan kegiatan-kegiatan geologisnya akan 
berakhir, terkecuali pembentukan kawah-kawah tabrakan.
[56]
 Astronomi bintang

Artikel utama untuk bagian ini adalah: 
Bintang 
Nebula Semut.
 Gas yang dimuntahkan dari bintang sekarat di tengahnya tidak biasa 
karena membentuk pola yang simetris, bukan semrawut seperti ledakan pada
 umumnya.
 
 
 
Untuk memahami alam semesta, penelitian atas 
bintang-bintang dan bagaimana mereka 
berevolusi
 sangatlah fundamental. Astrofisika yang berkenaan dengan bintang 
sendiri bisa diketahui baik lewat segi pengamatan maupun segi teoretis, 
serta juga melalui simulasi komputer.
[57]
Bintang 
terbentuk pada 
awan-awan molekul raksasa,
 yaitu daerah-daerah yang padat akan debu dan gas. Ketika kehilangan 
kestabilannya, serpihan-serpihan dari awan-awan ini bisa runtuh di bawah
 gaya gravitasi dan membentuk 
protobintang. Apabila bagian intinya mencapai kepadatan dan suhu tertentu, 
fusi nuklir akan dipicu dan akan terbentuklah sebuah bintang 
deret utama.
[58]
Nyaris semua unsur yang lebih berat dari 
hidrogen dan 
helium merupakan hasil dari 
proses yang terjadi di dalam inti bintang-bintang.
[57]
Ciri-ciri yang akan dimiliki oleh suatu bintang secara garis besar 
ditentukan oleh massa awalnya: semakin besar massanya, maka semakin 
tinggi pula luminositasnya, dan semakin cepat pula ia akan menghabiskan 
bahan bakar hidrogen pada inti. Lambat laun, bahan bakar hidrogen ini 
akan diubah menjadi helium, dan bintang yang bersangkutan akan mulai 
berevolusi. Untuk melakukan fusi helium, diperlukan suhu inti yang lebih
 tinggi, oleh sebab itu intinya akan semakin padat dan ukuran bintang 
pun berlipat ganda — bintang ini telah menjadi sebuah 
raksasa merah.
 Fase raksasa merah ini relatif singkat, sampai bahan bakar heliumnya 
juga sudah habis terpakai. Kalau bintang tersebut memiliki massa yang 
sangat besar, maka akan dimulai fase-fase evolusi di mana ia semakin 
mengecil secara bertahap, sebab terpaksa melakukan fusi nuklir terhadap 
unsur-unsur yang lebih berat.
[59]
Adapun nasib akhir sebuah bintang bergantung pula pada massa. Jika 
massanya lebih dari sekitar delapan kali lipat Matahari kita, maka 
gravitasi intinya akan runtuh dan menghasilkan sebuah 
supernova;
[60] jika tidak, akan menjadi 
nebula planet, dan terus berevolusi menjadi sebuah 
katai putih.
[61] Yang tersisa setelah supernova meletus adalah sebuah 
bintang neutron yang sangat padat, atau, apabila materi sisanya mencapai tiga kali lipat massa Matahari, 
lubang hitam.
[62] Bintang-bintang biner
 yang saling berdekatan evolusinya bisa lebih rumit lagi, misalnya, bisa
 terjadi pemindahan massa ke arah bintang rekannya yang dapat 
menyebabkan supernova.
[63]
Nebula-nebula planet dan supernova-supernova diperlukan untuk proses distribusi 
logam di 
medium antarbintang;
 kalau tidak demikian, seluruh bintang-bintang baru (dan juga 
sistem-sistem planet mereka) hanya akan tersusun dari hidrogen dan 
helium saja.
[64]
 Astronomi galaksi
Struktur lengan-lengan spiral 
Bima Sakti yang sudah teramati.
 
 
 
Tata Surya kita beredar di dalam 
Bima Sakti, sebuah 
galaksi spiral berpalang di 
Grup Lokal.
 Ia merupakan salah satu yang paling menonjol di kumpulan galaksi 
tersebut. Bima Sakti merotasi materi-materi gas, debu, bintang, dan 
benda-benda lain, semuanya berkumpul akibat tarikan gaya gravitasi 
bersama. Bumi sendiri terletak pada sebuah lengan galaksi berdebu yang 
ada di bagian luar, sehingga banyak daerah-daerah Bima Sakti yang tidak 
terlihat.
Pada pusat galaksi ialah bagian inti, semacam tonjolan berbentuk seperti batang; diyakini bahwa terdapat sebuah 
lubang hitam supermasif
 di bagian pusat ini. Bagian ini dikelilingi oleh empat lengan utama 
yang melingkar dari tengah menuju arah luar, dan isinya kaya akan 
fenomena-fenomena pembentukan bintang, sehingga memuat banyak 
bintang-bintang muda (
metalisitas populasi I). Cakram ini lalu diliputi oleh 
cincin galaksi yang berisi bintang-bintang yang lebih tua (
metalisitas populasi II) dan juga 
gugusan-gugusan bintang berbentuk bola (
globular), yaitu semacam kumpulan-kumpulan bintang yang relatif lebih padat.
[65]
Daerah di antara bintang-bintang disebut 
medium antarbintang, yaitu daerah dengan kandungan materi yang jarang — bagian-bagiannya yang relatif terpadat adalah 
awan-awan molekul berisi 
hidrogen dan unsur lainnya, tempat di mana banyak bintang baru akan lahir. Awalnya akan terbentuk sebuah 
inti pra-bintang atau 
nebula gelap yang merapat dan kemudian runtuh (dalam volume yang ditentukan oleh 
panjang Jeans) untuk membangun protobintang.
[58]
Ketika sudah banyak bintang besar yang muncul, mereka akan mengubah awan molekul menjadi awan 
daerah H II, yaitu awan dengan gas berpijar dan plasma. Pada akhirnya 
angin
 serta ledakan supernova yang berasal dari bintang-bintang ini akan 
memencarkan awan yang tersisa, biasanya menghasilkan sebuah (atau lebih 
dari satu) 
gugusan bintang terbuka yang baru. Gugusan-gugusan ini lambat laun berpendar, dan bintang-bintangnya bergabung dengan Bima Sakti.
[66]
Sejumlah penelitian kinematika berkenaan dengan materi-materi di Bima
 Sakti (dan galaksi lainnya) menunjukkan bahwa materi-materi yang tampak
 massanya kurang dari massa seluruh galaksi. Ini menandakan terdapat apa
 yang disebut 
materi gelap
 yang bertanggung jawab atas sebagian besar massa keseluruhan, tapi 
banyak hal yang belum diketahui mengenai materi misterius ini.
[67]
 Astronomi ekstragalaksi
Citra di atas menampilkan beberapa benda biru berbentuk lingkaran; ini 
adalah gambar-gambar dari galaksi yang sama, tergandakan oleh efek 
lensa gravitasional
 yang disebabkan oleh gugusan galaksi-galaksi kuning pada bagian tengah 
foto. Efek lensa itu dihasilkan medan gravitasi gugusan dan membelokkan 
cahaya sehingga gambar salah satu benda yang lebih jauh diperbesar dan 
terdistorsi.
 
 
 
Penelitian benda-benda yang berada di luar galaksi kita — astronomi ekstragalaksi — merupakan cabang yang mempelajari 
formasi dan evolusi galaksi-galaksi, 
morfologi dan klasifikasi mereka, serta pengamatan atas galaksi-
galaksi aktif beserta 
grup-grup dan gugusan-gugusan galaksi. Ini, terutama yang disebutkan belakangan, penting untuk memahami 
struktur alam semesta dalam skala besar.
Kebanyakan 
galaksi
 akan membentuk wujud-wujud tertentu, sehingga pengklasifikasiannya bisa
 disusun berdasarkan wujud-wujud tersebut. Biasanya, mereka dibagi-bagi 
menjadi 
galaksi-galaksi spiral, 
elips, dan 
tak beraturan.
[68]
Persis seperti namanya, galaksi elips berbentuk seperti 
elips. Bintang-bintang berputar pata garis edarnya secara 
acak
 tanpa menuju arah yang jelas. Galaksi-galaksi seperti ini kandungan 
debu antarbintangnya sangat sedikit atau malah tidak ada; daerah 
penghasil bintangnya tidak banyak; dan rata-rata penghuninya 
bintang-bintang yang sudah tua. Biasanya galaksi elips ditemukan pada 
bagian inti gugusan galaksi, dan bisa terlahir melalui peleburan 
galaksi-galaksi besar.
Galaksi spiral membentuk cakram gepeng yang berotasi, biasanya dengan
 tonjolan atau batangan pada bagian tengah dan lengan-lengan spiral 
cemerlang yang timbul dari bagian tersebut. Lengan-lengan ini ialah 
lapangan berdebu tempat lahirnya bintang-bintang baru, dan penghuninya 
adalah bintang-bintang muda yang bermassa besar dan berpijar biru. 
Umumnya, galaksi spiral akan dikelilingi oleh cincin yang tersusun atas 
bintang-bintang yang lebih tua. Contoh galaksi semacam ini adalah 
Bima Sakti dan 
Andromeda.
Galaksi-galaksi tak beraturan bentuknya kacau dan tidak menyerupai 
bangun tertentu seperti spiral atau elips. Kira-kira seperempat dari 
galaksi-galaksi tergolong tak beraturan, barangkali disebabkan oleh 
interaksi gravitasi.
Sebuah galaksi dikatakan aktif apabila memancarkan jumlah energi yang
 signifikan dari sumber selain bintang-bintang, debu, atau gas; juga, 
apabila sumber tenaganya berasal dari daerah padat di sekitar inti — 
kemungkinan sebuah lubang hitam supermasif yang memancarkan radiasi 
benda-benda yang ia telan.
Apabila sebuah galaksi aktif memiliki radiasi spektrum 
radio yang sangat terang serta memancarkan jalaran gas dalam jumlah besar, maka galaksi tersebut tergolong 
galaksi radio. Contoh galaksi seperti ini adalah 
galaksi-galaksi Seyfert, 
kuasar, dan 
blazar.
 Kuasar sekarang diyakini sebagai benda yang paling dapat dipastikan 
sangat cemerlang; tidak pernah ditemukan spesimen yang redup.
[69]
Struktur skala besar dari alam semesta sekarang digambarkan sebagai 
kumpulan dari grup-grup dan gugusan-gugusan galaksi. Struktur ini 
diklasifikasi lagi dalam sebuah hierarki pengelompokan; yang terbesar 
adalah 
maha-gugusan (
supercluster). Kemudian kelompok-kelompok ini disusun menjadi 
filamen-filamen dan dinding-dinding galaksi, dengan 
kehampaan di antara mereka.
[70]
 Kosmologi
Kosmologi, berasal dari bahasa Yunani 
kosmos (κόσμος, "dunia") dan akhiran 
-logia dari 
logos (λόγος, "pembelajaran") dapat dipahami sebagai upaya meneliti alam semesta secara keseluruhan.
Pengamatan atas struktur skala besar alam semesta, yaitu cabang yang dikenal sebagai 
kosmologi fisik,
 telah menyumbangkan pemahaman yang mendalam tentang formasi dan evolusi
 jagat raya. Salah satu teori yang paling penting (dan sudah diterima 
luas) adalah teori 
Dentuman Besar, yang menyatakan bahwa dunia bermula pada satu titik dan mengembang selama 13,7 milyar tahun sampai ke masa sekarang.
[71] Gagasan ini bisa dilacak kembali pada penemuan 
radiasi CMB pada tahun 1965.
[71]
Selama proses pengembangan ini, alam telah mengalami beberapa tingkat evolusi. Pada awalnya, diduga bahwa terdapat 
inflasi kosmik yang sangat cepat, mengakibatkan homogenisasi pada kondisi-kondisi awal. Setelah itu melalui 
nukleosintesis dihasilkan ketersediaan unsur-unsur untuk periode awal alam semesta.
[71] (Lihat juga 
nukleokosmokronologi.)
Ketika atom-atom pertama bermunculan, antariksa menjadi transparan 
terhadap radiasi, melepaskan energi yang sekarang dikenal sebagai 
radiasi CMB. Alam semesta yang tengah mengembang pun memasuki Zaman 
Kegelapan, sebab tidak ada sumber daya bintang yang bisa memancarkan 
cahaya.
[72]
Susunan materi yang hierarkis mulai terbentuk lewat variasi-variasi 
kecil pada massa jenis. Materi lalu terhimpun pada daerah-daerah dengan 
massa jenis yang paling tinggi, melahirkan awan-awan gas dan 
bintang-bintang yang paling purba (
metalisitas III). Bintang-bintang besar ini memicu proses 
reionisasi
 dan dipercaya telah menciptakan banyak unsur-unsur berat pada alam 
semesta dini; unsur-unsur ini cenderung meluruh kembali menjadi 
unsur-unsur yang lebih ringan, memperpanjang siklus.
[73]
Pengumpulan yang dipicu oleh gravitasi mengakibatkan materi membentuk
 filamen-filamen dan menyisakan ruang-ruang hampa di antaranya. Lambat 
laun, gas dan debu melebur dan membentuk galaksi-galaksi primitif. 
Lama-kelamaan semakin banyak materi yang ditarik, dan tersusun menjadi 
grup dan gugusan galaksi. Pada akhirnya, maha-gugusan yang lebih besar 
pun terwujud.
[74]
Benda-benda lain yang memegang peranan penting dalam struktur alam semesta adalah 
materi gelap dan 
energi gelap.
 Benda-benda inilah yang ternyata merupakan komponen utama dunia kita, 
di mana massa mereka mencapai 96% dari massa keseluruhan alam semesta. 
Oleh sebab itu, upaya-upaya terus dibuat untuk meneliti dan memahami 
segi fisika benda-benda ini.
[75]
 Penelitian-penelitian interdisipliner
Astronomi dan astrofisika telah mengambangkan hubungan yang kuat dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan lainnya. Misalnya 
arkeoastronomi, yang mempelajari astronomi kuno atau tradisional dalam konteks budaya masing-masing mempergunakan bukti-bukti 
arkeologis dan 
antropologis. Atau 
astrobiologi,
 kali ini mempelajari kelahiran dan perkembangan sistem-sistem biologis 
di alam semesta; terutama sekali pada topik kehidupan di planet lain.
Ada juga cabang yang meneliti 
zat-zat kimia yang ditemukan di luar angkasa; bagaimana mereka terwujud, berperilaku, dan terhancurkan. Ini dinamakan 
astrokimia. Zat-zat yang hendak dipelajari biasanya ditemukan pada 
awan molekul, walau ada juga yang terdapat di bintang bersuhu rendah, 
katai coklat, atau planet. Lalu 
kosmokimia, ilmu serupa yang lebih mengarah ke penelitian unsur-unsur dan variasi-variasi rasio 
isotop pada Tata Surya. Ilmu-ilmu ini bisa menggambarkan persinggungan dari ilmu-ilmu astronomi dan kimia. Bahkan sekarang ada 
astronomi forensik, di mana metode-metode astronomi dipakai untuk memecahkan masalah-masalah hukum dan sejarah.
 Astronomi amatir
Astronom amatir bisa membangun peralatan mereka sendiri dan 
menyelenggarakan pesta-pesta dan pertemuan astronomi, contohnya 
komunitas 
Stellafane.
 
 
 
Sebagaimana disebutkan, astronomi ialah salah satu dari sedikit cabang ilmu di mana tenaga amatir dapat berkontribusi banyak.
[76] Secara keseluruhan, astronom-astronom amatir mengamati berbagai benda dan fenomena angkasa, terkadang bahkan dengan 
peralatan yang mereka buat sendiri. Yang jamak diamati yaitu Bulan, planet, bintang, komet, hujan meteor, dan 
benda-benda langit dalam seperti gugusan bintang, galaksi, dan nebula. Salah satu cabang astronomi amatir adalah 
astrofotografi
 amatir, yang melibatkan mengambilan foto-foto langit malam. Banyak yang
 memilih menjadi astrofotografer yang berspesialis dalam obyek atau 
peristiwa tertentu.
[77][78]
Kebanyakan astronom amatir bekerja dalam astronomi optikal, walau 
sebagian kecil ada juga yang mencoba bereksperimen dengan panjang 
gelombang di luar cahaya tampak, misalnya dengan penyaring inframerah 
pada teleskop biasa, atau penggunaan teleskop radio. Pelopor radio 
astronomi amatir adalah 
Karl Jansky,
 yang memulai kegiatan ini pada dekade 1930-an. Amatir jenis seperti 
Jansky ini memakai teleskop buatan sendiri atau teleskop radio 
profesional yang sekarang sudah boleh diakses oleh amatir seperti halnya
 
Teleskop Satu Mil (
One-Mile Telescope).
[79][80]
Sumbangsih astronom amatir tidak sepele, sebab banyak hal — seperti 
pengkuran okultasi guna mempertajam catatan garis edar planet-planet 
kecil — bergantung pada pekerjaan astronomi amatir. Para amatir dapat 
pula menemukan komet atau melakukan penelitian rutin atas 
bintang-bintang variabel.
 Seiring dengan perkembangan teknologi digital, astrofotografi amatir 
juga semakin efektif dan semakin giat memberikan sumbangan ilmu.
[81][82][83]
 Daftar persoalan astronomi yang belum terpecahkan
Meskipun sebagai ilmu pengetahuan astronomi telah mengalami 
kemajuan-kemajuan yang sangat pesat dan membuat terobosan-terobosan yang
 sangat besar dalam upaya memahami alam semesta dan segala isinya, masih
 ada beberapa pertanyaan penting yang belum bisa terjawab. Untuk 
memecahkan permasalahan seperti ini, boleh jadi diperlukan pembangunan 
peralatan-peralatan baru baik di permukaan Bumi maupun di antariksa. 
Selain itu, mungkin juga diperlukan perkembangan baru dalam fisika 
teoretis dan eksperimental.
- Apakah asal-usul spektrum massa bintang? Maksudnya, mengapa astronom terus mengamati persebaran massa yang sama — yaitu, fungsi massa awal yang sama — walaupun keadaan awal terwujudnya bintang-bintang berbeda-beda?[84] Diperlukan pemahaman yang lebih dalam akan pembentukan bintang dan planet.
 
- Adakah wujud kehidupan lain di alam semesta? Adakah wujud kehidupan cerdas lain di alam semesta? Kalau ada, apa jawaban dari paradoks Fermi? Apabila ada kehidupan lain di luar Bumi, implikasinya, baik ilmiah maupun filosofis, sangat penting.[85][86] Apakah Tata Surya kita termasuk normal ataukah ternyata tidak biasa?
 
- Apa yang menyebabkan terbentuknya alam semesta? Apakah premis yang melandasi hipotesis "alam semesta yang tertala dengan baik" (fine-tuned universe) tepat? Apabila tepat, apakah ada semacam seleksi alam dalam skala kosmologis? Apa sebenarnya yang menyebabkan inflasi kosmik dini, sehingga alam menjadi homogen? Kenapa terdapat asimetri barion di alam semesta?
 
- Apa hakikat sebenarnya dari materi gelap dan energi gelap?
 Mereka telah mendominasi proses perkembangan dan, pada akhirnya, nasib 
dari jagat raya, tapi sifat-sifat mendasar mereka tetap belum dipahami.[87] Apa yang akan terjadi di penghujung waktu?[88]
 
- Bagaimana galaksi-galaksi pertama terbentuk? Bagaimana lubang-lubang hitam supermasif terbentuk?
 
- Apa yang menghasilkan sinar kosmik berenergi ultra-tinggi?